Search This Blog

05/04/2014

Al-Qur'an Mu'jizat Yang Sempurna

Selamat malam sobat, sory ea saya bisanya cuma ngepost malam-malam kalau siang saya sibuk sekolah, dan lain-lainnya.

Baiklah sobat topik kita kali ini yaitu tentang:

Al-Qur'an Mu'jizat Yang Sempurna

Dari judul diatas sudah pasti sobat semua mengetahui apa itu Al-Qur'an.

Tidak ada keraguan dalam Al-Qur'an. Baik sejarahnya, otensitas wahyu di dalamnya, penulisan sampai penyusunan, semua sempurna dan pasti karena Allah sendiri yang memberikan jaminan bahwa tidak ada keraguan sedikit pun dalam kitab ini.

Tentang teori pengaruh, haya orang-orang yang memusuhi Islam dan memusuhi Allah serta Rasul-Nya saja yang mampu menciptakan opini dan pemikiran seperti ini. Dan bagi orang-orang yang mengikuti pemikiran seperti ini, maka ia tidak lebih ringan dan tidak lebih baik hukumnya, daripada guru mereka, kaum Yahudi.

Sebuah hadits menjelaskan tentang hal ini. Suatu ketika, Rasulullah mendapati sahabat Umar bin Al-Khattab memegan dan membaca lembaran-lembaran Taurat. Rasulullah menampakkan wajah yang tidak suka dan memerintahkan Umar bin Al-Khattab untuk tidak melakukannya. Rasulullah bersabda, "Andai saja Musa masih hidup pada saat ini, maka ia akan beriman kepadaku dan kepada kitabku." Artinya, andai saja Musa hidup pada zaman Rasulullah, maka ia akan beriman dan mengakui kebenaran Al-Qur'an. Kisah ini memberikan penjelasan yang sangat kuat tentang posisi kitab-kitab sebelumnya dibandingkan dengan Al-Qur'an. Bahkan nabi pembawa risalah-risalah sebelumnya pun akan tunduk pada ajaran yang disampaikan Rasulullah dari Al-Qur'an. Hal ini menunjukkam superioritas Al-Qur'an dibandin dengan wahyu-wahyu terdahulu. Dan secara logika, susah mencari pembenaran bahwa Al-Qur'an yang memiliki kebenaran sebagai wahyu terakhir mengadopsi ajaran-ajaran dari tradisi lain, seperti Yahudi, Kristen, Yunani-Romawi dan juga Persia.

Sejarah penyusutan Al-Qur'an dilakukan bukan dari tulisan atau rasm. Tapi tulisan merujuk pada bacaan atau qira'ah yang terhimptn dalam hafalan-hafalan para sahabat Rasulullah, sejak wahyu pertama diturunkan. Artinya, tulisan lahir dari Al-Qur'an, bukan Al-Qur'an yang muncul akibat tulisan-tulisan yang di kumpulkan. Hal ini sangat berbeda sekali dengan kitab perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru yang diketahui dalam sejarah memikik penulis dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya.

Pertama kali, Al-Qur'an ditanamkan ke dalam hati dan ingatan para sahabat dalam bentuk hafalan setelah diajarkan oleh Rasulullah, sesaat setelah wahyu diterima. Selanjutnya, untuk memunjang, maka hafalan-hafalan tersebut di tuliskan dalam berbagai media: tulang kulit kayu, kertas, daun, dan kain. Proses sanadnya juga sangat tajam dan ketat.

Jadi, adalah keliru besar jika para orientalis menuduhkan Al-Qur'an mengalami kerancuan akibat beragamnya tulisan dan catatan. Al-Qur'an memang menjadi target penyerangan utama oleh para orientalis, sejak dulu hingga akhir zaman.

Hingga Rasulullah wafat, berbagai catatan Al-Qur'an memang menjadi milik individual para sahabat. Namun, sejak Rasulullah masih hidup, telah dimulai upaya dan usaha menyusun serta mengumpulkan Al-Qur'an. Sampai kemudian terjadi peperangan yang membuat syahid para penghafal Al-Qur'an, terutama di zaman Khalifah Abu Bakar.

Usaha yang dikakukan oleh Khalifah Abu Bakar adalah usaha terusan yang telah dirintis di masa Rasulullag. Abu Bakar mengumpulkan, melakukan kodifikasi dengan cara membentuk sebuah tim khusus untuk mengumpulkan Al-Qur'an dalam satu buah mushaf. Ketika Abu Bakar meninggal dunia, kumpulan mushaf ini diwariskan khalifah selanjutnya, yakni Umar bin Khattab. Lalu diserahkan kepada Hasfah, yang juga istri Rasulullah. Dan akhirnya sampai ketangan Khalifah Utsman bin Affan.

Pada zaman inilah, aspirasi para sahabat untuk mengumpulkan Al-Qur'an menjadi sebuah mushaf semakin menguat. Maka sekali lagi dibentuklah sebuah tim yang bertugas mengumpulkan, menyeleksi, dan menyusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah diwariskan sejak Rasulullah.

Tuduhan para orientalis yang mengatakan bahwa usaha penulisan Al-Qur'an baru dimulai setidaknya pada abad kedua Islam, sangatlah tidak berdasar. Al-Qura'n sudah ditulis bahkan sejak ketika Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah. Hal ini terdokumentasi dengan baik dalam kisah Umar bin Khattab sambil membawa pedang terhunus, hendak membunuh Rasulullah dan para pengikut awal Islam.

Tapi penduduk Mekah yang lain, Nu'aim mengakatakan kepada Umar, jangan dulu pergi mencari Muhammad tapi selesaikan dulu urusan keluargamu yang telah menjadi pengikut Rasululla. Umar lalu pulang dan mencari iparnya yang ia temui sedang membaca potongan surat Thaha yang tertulis di atas kulit. Mendengar suara Umar bin Khattab, Fathimah menyembunyikan potongan kulit yang terisi tulisan Al-Qur'an tersebut di bawah pahanya. Kisah ini menunjukkan bukti yang sangat jelas, bahwa sejak pertama Al-Qur'an memang dituliskan berdasarkan hafafalan yang telah lebih dulu diajarkan oleh Rasulullah dalam halaqah-halaqah

Dan Allah dalam firman-Nya berjanji akan menjaga kesucian Al-Qur'an itu sendiri."Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya." (Al-Hijr [18] : 9)

Ketika terjadi Perang Yamamah, dan banyak para hufazh atau penghafal Al-Qur'an syahid, Umar bin Khattab menyampaikan usulan kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh materi Al-Qur'an. Ini karena kekhawatiran banyaknya para sahabat penghafal yang meninggal, dan hal tersebut akan berdampak pada Al-Qur'an.

Pada mulanya sempat terjadi sedikit perselisihan pendapat atas usulan Umar ini. Beberapa orang sahabat, terlebih Abu Bakar berpendapat, penyusunan ini tidak bisa dilakukan kardna Rasullah tidak mengajarkannya. Tapi Umar memberikan penjelasan bahwa hal ini adalah upaxa terpuji dan meyakinkan kepada Abu Bakar dan akhirnya keduanya sepakat atas usulan tersebut.

Zaid bin Tsabit adalah orang yang dipanggil untuk menjadi orang yang membentuk tim pengumpulan. Sedangkan Umar bin Khatthab sendiri, menjadi supervisor dalam program ini. Maka dimulailah upaya yang sangat rumit dan ketat menyusun Al-Qur'an.

Abu Bakar memerintahkan kepada Umar dan Zaid untuk duduk di pintu Masjid Nabawi dan jika menemui orang yang sedang membawa ayat Allah dan diktatkan dengan dua saksi, maka Abu Bakar meminta ayat tersebut untuk dicatat. Tujuan saksi ini juga untuk memperketat seleksi pengumpulan wahyu Al-Qur'an. Bilal berkeliling dari satu lorong ke lorong lain di kota Madinah mengumumkan kepada penduduk kota itu, agar siapa saja yang menyimpan Al-Qur'an, baik tertulis maupun hafalan untuk menemui Umar dan Zaid.

Setelah lembaran-lembaran terkumpul, maka seluruh materi ini menjadi arsip negara di bawah pengawasan Khalifah Abu Bakar.
Dan ketika Khalifah Abu Bakar meninggal dan seluruh proses pengumpulan Al-Qur'an diserahkan kepada Khalifah pengganti, Umar bin Khatthab, maka khalifah kedua dalam Islam ini berusaha lebih keras lagi untuk menyelesaikan pengumpulan Al-Qur'an. Bahkan, ia mengutus sekurang-kurangnya 10 sahabat ke Bashra untuk mengajarkan Al-Qur'an pada penduduk Bashra. Lalu Umar meminta kepada Ibnu Mas'ud pergi ke Kufa dan mengajar Al-Qur'an di sana.
Tapi dari Kufa, Umar mendengar bahwa di daerah tersebut ada seorang yang mengajarkan Al-Qur'an berdasakan hafalannya. Umar seperti naik pitam, menahan marah dan menyelidiki siapa gerangan orang tersebut. Tapi setelah mengetahui yang mengajarkan Al-Qur'an berdasarkan hafalan adalah Ibnu Mas'ud sendiri, maka kemarahan Umar reda seketika, karena Ibnu Mas'ud selain dikenal memiliki reputasi yang meyakinkan, ia juga mendapat amanah dari Umar.

Ada permintaan dari Suriah, agar Umar bin Khattab mengirhm pengajar-pengajar yang mengajar Al-Qur'an untuk penduduk Suriah. Begitu pula di Damarkus. Di wilayah ini dikirim Muadz dan Abu Darda. Diriwayatkan Abu Darda bahkan memiliki halaqah untuk mengajar Al-Qur'an yang dipenuhi kurang lebih 1600 orang dalam setiap pertemuan.

Jika pada zaman Abu Bakar terjadi usaha-usaha pengumpulan Al-Qur'an, maka di zaman Umaq dikembangkam sekolah dan sistem pengajaran Al-Qur'an yang menyebar hingga jauh ke wilayah-wilayah kekuasaan Islam. Dan semua itu tidak terlepas dari jasa besar Zaid bin Tsabit. Dan ketika zaman Khalifah Utsman bin Affan terjadi sedikit perselisan, terutama tentang cara bacaan Al-Qur'an.

Untuk menjembatani perselisihan cara bacaan, Utsman bin Affan mengambail keputusan. Ada beberapa teori yang disebutkan. Pertama, Utsman bin Affan memperbanyak shuhuf atau lembaran-lembaran yang dikumpulkan pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang dititipkan kepada Hafsah lalu memperbanyak dan mengirimkannya ke wilayah-wilyah yang memerlukan. Kedua, ada teori yang sedikit lebih rumit. Utsman memutuskan untuk menyatukan Al-Qur'an di bawah sebuah orang yang terdiri dari 12 orang dari kalangan Quraisy dan Anshar di bawah pimpinan Ubay bin Ka'ab dan Zaid bin Tsabit.

Kedua belas tokoh penting itu adalah, Sa'id bin Al-Ash, Nafi bin Zubair, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Zubair, Abdur Rahman bin Hisham, Khatir bin Aflah, Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Malik bin Abi Amir, Al-Baqillani, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

Meski ada proses yang cukup rumit, terutama pada proses pengumpulan dan perbandingan dengan mushaf yang dimiliki Aisyah dan mushaf yang dimiliki oleh Hafsah, akhirnya mushaf utuh yang satu selesai di susun. Dan setelah selesai di susun, maka mushaf ini pun diperbanyak. Setelah diperbanyak, masing-masing mushaf dikirim ke wilayah dakwah dengan disertai seorang qari atau pembacanya.

Selain itu, Khalifah Utsman bin Affan juga memerintahkan, agar mushaf-mushaf pribadi yang tidak sama atau memiliki perbedaan dengan mushaf resmi yang telah disusun, hendaknya dibakar. Perintah ini diberikan karena, menyadari potensi fitnah dan konflik yang akan muncul jika terjadi perselisihan lagi dikemudian hari, baik dari sisi bacaan, maupun dari sisi isi dan susunan.

Utsman sendiri telah menghapus mushaf yang dimilikinya, demi mengantisipasi munculnya konflik. Dan Utsman meminta kepada seluruh umat Islam saat itu untuk menghapus mushaf pribadi yang mereka miliki. Begitulah sejarah singkat penyusunan Al-Qur'an menjadi mushaf Utsmani. Sampai kapan pun, Al-Qur'an sebagai kitab suci dan wahyu Allah, akan dijaga oleh umat Islam, dan juga akan langsung dijaga oleh Allah sendiri yang menurunkannya. Kesucian dan kemuliaan Al-Qur'an, Insya Allah akan terjaga.

Dan ibarat seutas tali, ujung Al-Qur'an yang satu berada di tangan Allah, dan ujung Al-Qur'an yang satu lagi berada di bumi. Maka jika menghendaki keselamatan, maka berpegang teguhlah pada Al-Qur'an, dan tidak akan tersesat karenanya, sebab ujung yang satunya berada di tangan Allah. Jangan berpegang pada karya para orientalis Yahudi dan Kristen yang memang memiliki agenda menghancurkan pondasi agama Islam: Al-Qur'an dan Hadits Rasulullah.

Wassalam

04/04/2014

Iblis Berjubah Wali

Selamat pagi sob, selamat beraktivitas pagi. semoga di pagi yang dingin ini kita semua dilimpahkan kesehatan yang tak terhingga oleh Allah swt. Dan pada kesempatan kali ini saya akan share tentang:

IBLIS BERJUBAH WALI

Sebelum saya melanjutkan bahasan, izinkan saya menceritakan kisah tentang Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat nabi yang menyandang tunanetra. Ia cukup terpandang, karena selain pernah menjadi asbab an nuzul surah Abasa, ia juga sering dipercaya menjadi walikota Madinah, saat Rasulullah dan para sahabat lainnya keluar dari Madinah untuk berjihad melawan musuh-musuh Islam.

Sebagai seorang tunanetra, Abdullah bin Ummi Maktum memiliki beberapa ketergantungan pada orang lain, selain salah satunya dalam beribadah. Ia membutuhkan seorang penuntun untuk menuju Masjid setiap kali suara Adzan digemakan sahabat Bilal bin Rabbah. Suatu hari, atas takdir Allah, seorang yang biasa membantu dan menuntun Abdullah bin Ummi Maktum meninggal dunia. Lalu Abdullah bin Ummi Maktum pun menghdap Rasulullah untuk bertanya tentang adakah keringanan bagi orang buta seperti dirinya, untuk shalat di rumah dan tidak turut berjamaah.

Lalu Rasulullah bertanya, apakah ia mendengar suara adzan? Abdullah bin Ummi Maktum menjawab, ia memang mendengar suara adzan, lima kali dalam sehari. Maka Rasulullah pun berkata, tidak ada keringanan bagi orang-orang yang mendengar suara adzan, untuk tidak shalat berjamaah di masjid mengumandangkah adzan tersebut.

Inilah salah satu mental para sahabat Nabi dan orang-orang beriman, ketika mendapat perintah, dari Allah dan Rasul-Nya, maka jawaban yang akan muncul adalah sami'na wa atha'na dalam kondisi apapun. Tanpa harus menimbang ulang bagaimana teks atau apa konteksnya tanpa harus mengkritisi kondisi dengan berbagai dalih hak asasi manusia, seperti yang banyak kita jumpai saat ini.

Maka keesokan harinya, Abdullah bin Ummi Maktum berangkat menuju masjid, seketika terdengar adzan Subuh berkumandang. Tapi di tengah jalan, karena ia buta dan jalan sendiri, ia terjatuh, dan dahinya terbentur batu sampai berlumuran darah membasahi wajahnya. Dan ketika ia berdiri dan hendak meneruskan langkahnya, ada seorang anak muda yang menanpkap lengannya dan mengantarkannya ke masjid. Bahkan sang pemuda, tidak saja mengantarkannya ke masjid, ia aerjanji juga akan mengantar Abdullah bin Ummi Maktum sampai ke rumah dengan selamat.

Kejadian ini berlangsung sampai beberapa hari. Abdullah bin Ummi Maktum sendiri merasa senang , dan bertanya kepada sang pemuda siapa namanya. Tapi sang pemuda balik bertanya, untuk apa kau mengetahui namaku. Lalu ibnu Maktum berkata, agar ia dapat mendoakan kepada Allah supaya ia mendapat pahala atas apa yang telah ia lakukan. Tapi sang pemuda berkata, bahwa ia tidak ingin didoakan, dan meminta Ibnu Maktum tak mempedulikan urusannya dan tak pula perlu bdrtanya tentang siapa namanya. Yang penting, ia akan tetap mengantarkan Abdullah bin Ummi Maktum pergi dan pulang dengan selamat saat melakukan ibadah di masjid.

Dengan nada tinggi Abdullah bin Ummi Maktum mengatakan kepada sang pemuda, bahwa demi Allah ia tak perlu lagi mengantarnya sebelum ia memberitahukan siapa namanya. Dan karena Abdullah bin Ummi Maktum telah bersumpah, sang pemuda pun akhirnya memberi tahu siapa dirinya. Ia berkata, bahwa sejatinya ia adalah iblis. Abdullah bin Ummi Maktum terkejut mendengar jawabannya dan bertanya, mengapa engkau justru menuntunku untuk beribadah, padahal semestinya iblis berusaha menghalang-halangi manusia untuk beribadah.

Lalu sang iblis menceritakan apa yang ia dengar. Ketika Abdullah bin Ummi Maktum terjatuh dan darah membasahi dahi dan wajahnya, iblis mendengar Allah memerintahkan kepada malaikat-Nya untuk mengampuni setengah dari dosa-dosa Abdullah bin Ummi Maktum lantaran ia terjatuh dan bdrdarah. Iblis khawatir jika Allah mengampuni seluruh dosa Abdullah bin Ummi Maktum, jika ia terjatuh untuk yang kedua kalinya. Karena itu pula ia bersedia menuntun Ibnu Maktum sampai ke masjid dan melakukan ibadah, agar tak terjatuh untuk kedua kalinya, dan terhapus seluruh dosanya.

Kisah ini memberikan gambaran, kadang-kadang kejahatan itu tampil dengan wajahnya yang paling manis, elegan, sopan, penolong, humanis dan lain sebainya. Tapi ujung dari semua yang mereka laktkan adalah, mencegah kita, atau sebaliknya menjauhkan kita dari ridha Allah swt..

Kurang lebih itulah yang terjadi pada banyak kajian orientalisme. Seokah-olah ia sedang membawa kita menuju cahaya, tapi justru cahaya itu yang akan membakar dan menghanguskam siapa saja yang mendekatinya. Tentu saja, sebuah hal di muka bumi ini seperti sekeping koin, selalu memiliki dua sisi. Begitu juga dengan orientalisme. Dan sikap kita pada hal-hal yang semacam ini, juga harus berhati-hati.

Tidak dapat disangkal, bahwa kajian-kajian yang dilakukan oleh para orientalis telah memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan Islam. Tapi juga tidak bisa disangkal pula, bahwa mereka punya tujuan terselubung dalam melakukan banyak hal. Sedikitnya ada dua motivasi yang ada di belakang kepala para orientalis. Pertama, hasil dari kajian yang mereka lakukan menyumbang dan menciptakan konflik di antara umat Islam. Dan ketika konflik itu terjadi di dalam tubuh umat Islam sendiri, maka penguasaan terhadap umat ini akan lebih mudah dan gampang. Karenanya, kajian yang seringkali dieksplorasi oleh para orientalis adalah kelompok-kelompok sempalan yang nyeleneh yang selalu ada di setiap zaman Islam. Kedua, menghancurkan rasa percaya diri yang dimiliki oleh umat Islam atas kebenaran dan kebaikan yang ada dalam Islam.

Para orientalis sering mengipas-kipasi isu bahwa Islam masih terus berkembang dan harus dikembangkan sesuai zaman. Padahal, Allah telah menyempurnakan, dan sebagai tandanya, wahyu terakhir telah diturunkan dan Rasulullah telah wafat sebagai penutup kenabian.

Dan inilah yang akan digugat oleh para orientalis.

Mereka tahu benar bahwa Islam dan kau Muslimin tidak bisa dikalahkan dengan darah dan air mata, tapi mereka harus dikalahkan dengan cinta, doa, dan pemikiran sebagai senjata. Itulah yang dirumus-kan oleh Samuel Zwemmer, seorang missionaris yang menuliskan buku Islam ="yellow">A Challange to Faith, sebuah buku yang disebut-sebut sebagai resep penaklukkan dunia Islam.

Serangan pertama kali yang dilakukan oleh orientalis terhadap Nabi Muhammad sepanjang yang mampu terlacak, dilakukan pertama kali oleh Alois Sprenger (1813-1893). Mereka mengumpulkan beragam manuskrip dari berbagai negara yang mampu mereka telusuri , dengan satu tujuan, menggali dan mengetahui apa itu Islam. Sayangnya bukan untuk diimani, tapi untuk diserang kembali setelah mengetahui celah-celah yang bisa dimanfaatkan. Alois Sprenger menulis tentang Nabi Muhammad dengan nada sangat skeptis, dan hal ini diikuti oleh penerusnya William Muir, yang melahirkan buku luar biasa kejam atas Nabi Muhammad yang terbit pada tahun 1878: The life of Mahomet.

Pada bab ketiga di dalam buku ini, Muir merekayasa krologi wahyu versinya. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad telah sengaja melakukan kebohongan dengan mengatakan pemikirannya sendiri sebagai perkataan atau wahyu Tuhan dalam keseluruhan Al-Qur'an. Ini sama dengan, William Muir mengeluarkan tuduhan yang paling besar, bahwa Al-Qur'an secara keseluruhan dan Islam sebagai agama adalah karangan seorang manusia bernama Muhammad. Tak hanya Al-Qur'an yang dianggap Muir sebagai wahyu palsu karangan Muhammad, tapi juga hadits sendiri oleh Muir dianggap sebagai sebuah anekdot atau fiksi belaka. Karenanya, setidaknya sebanyak 4.000 hadits yang terhimpun dalam Shahih Bukhari harus ditolak baik dari isi maupun sanadnya

Semangat Muir sebagai seorang missionaris, betul-betul lebih mengemuka dibanding semangatnya sebagai seorang orientalis. Ia melakukan serangan-serangan yang melukai umat Islam, dengan berbagai kajian yang ia lakukan. Ia mempelajari bahasa Arab selama ia menetap di India sebagai seorang petugas pemerintah Kerajaan Inggris. Salah satu yang ia tulis pada masa ini adalah The Coran to Jewish and Christians Scripture yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Urdu.

Atas dorongan seorang bernama Pavandar, William Muir diminta untuk menuliskan sejarah kehidupan Nabi Muhammad. Setelah mengumpulkan dan membaca banyak sumber tentang Nabi Muhammad, tulisan Muir dimuat di Calcutta Review antara tahun 1863-1864. Dan seluruh tulisan Muir tentang Nabi Muhammad, semuanya bernada penuh permusuham. Tulisan-tulisan tersebut akhirnya dikumpulkan menjadi buku yang tebalnya berjilid-jilid dengan judul Life of Mahomet and History of Islam. Buku lain yang juga menyerang dengan nada penuh permusuhan kepada Nabi Muhammad adalah bukunya The Muhammad Controversy (1897)

Tetapi periode paling brutal adalah zaman Ignaz Goldziher, sarjana orientalis berdarah Yahudi yang sepertinya memiliki dendam kesumat tersendiri atas umat Islam. Ia mengatakan, jika tidak seluruhnya, maka sebagian hadits yang diyakini umat Islam saat ini sebagai sumber Islam kedua terbesar setelah Al-Qur'an adalah palsu dan tidak bisa dijamin keasliannya. Bagi Goldziher, hadits adalah tidak lebih sebuah refleksi sebuah konflik dalam tubuh umat Islam dan sama sekali tidak bisa dianggap sebagai rekaman sejarah dalam perkembangan Islam. Goldziher menuduhkan bahwa hadits baru lahir setidaknya pada abaad 1 dan abad 2 setelah Nabi Muhammad wafat.

Ignaz Goldziher memiliki nama Yahudi Ignaz Yitzhaq Yehuda Goldziher, lahir 22 Juni 1850 dan meninggal pada tahun 1921. Seorang Yahudi orientalis dari Hungaria yang pernah melakukan perjalanan ke Suriah, Mesir, dan Palestina. Bahkan di Mesir ia pernah menjadi santri Al-Azhar, Kairo.

Bukunya, Muhammedanische Studien, dianggap studi paling penting atas hadits pada abad-19. Dalam bukunya. Ignaz Goldziher seperti yang sedikit disebutkan diatas, menolak hadits sebagai sumber untuk mengetahui konflik dan informasi dari generasi yang datang kemudian. Karena dianggap penting, secara otomatis ia menjadi studi dalam Islamic Studies. Dan parahnya, semua yang ditulis oleh Ignaz Goldziher sangatlah dekstruktif, tidak saja merusak tapi juga menyesatkan.

Ia berasal dari keluarga Yahudi yang terpandang. Tapi, tidak seperti keluarga-keluarga Yahudi yang pada umumnya fanatik, keluarga Goldziher bisa dibilang sebalinya. Pendidikan pertama Goldziher ia peroleh di Budhapest, lalu selanjutnya ke Berlin pada tahun 1869, dan ia hanya satu tahun di sana. Kemudian Universitas Leipzieg menjadi tujuan pendidikan Goldziher selanjutoya. Di Universitas ini, Goldziher berguru pada seorang orientalis yang sangat tersohor pada waktu itu, Fleisser, yang juga seorang pakar filologi. Atas bimbingan tokoh orientalis yang satu ini, Ignaz Goldziher meraih gelar doktor dengang disertasi tentang penafsiran Taurat yang berasal dari tokoh Yahudi abad pertengahan.

Setelah itu, ia kembalh ke Budhapest dan menjadi asisten guru besar di Universitas Budhapest, namun tak lama, sebab ia diutus kementrian pendidikan Budhapest untuk melanjutkan studinya ke Universitas Leiden, yang memang sangat terkenal dengan ilmu-ilmu tentang dunia Timur. Dari universitas ini pula ia mendapat tugas berpetualang ke Mesir, Suriah, Palestina. Di Mesir ia sempat menjadi mahasiswa Al-Azhar University.

Pada tahun 1894, ia diangkat sebagai profesor bahasa Semit, dan kerjanya sejak saat itu adalah berkeliling dunia memberikan ceramah dan menyebarkan pemikirannya yang berbahaya tentang Islam, terutama kajian hadits yang sangat kejam. Kajian pertama yang dilakukan oleh Goldziher adalah tentang madzhab Zhahiriyah. Tapi ia juga meneliti madzhab fiqih lainnya, bahkan ia juga menjelajahi pemikiran mulai dari Ibnu Hazm sampai Ibnu Taimiyyah.

Kajiannya tentang hadits sangatlah berbahaya, karena menurutnya hadits muncul karena fungsinya sebagai senjata yang digunakan oleh aliran dan berbagai madzhab fiqih dalam Islam. Bagi Goldziher, hadits adalah alat untuk mengetahui perbincangan politik, keagamaan, bahkan mistisisme di dalam Islam. Jadi pada dasarnya, menurut Goldziher, hadits bukanlah alat untuk mengetahui perilaku Nabi Muhammad yang disebut sunnah. Metode yang dicetuskan oleh Goldziher ini banyak menjangkiti para sarjana Muslim, di negeri ini.

Tak hanya pakar dibidang hadits, Goldziher juga sangat mumpuni dalam percaturan perbandingan agama. Dalam konferensi agama-agama dunia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1900 di Paris, Perancis, Goldziher membawakan makalahnya yang ia beri judul "Islam dan Agama Persia". Di dalam makalahnya, Goldziher menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kekuasaan yang juga berarti ancaman dan menyimpan potensi penyelewengan.

Ia juga pernah menulis sebuah buku yang menjadi panduan tafsir dalam dunia orientalisme. Dalam bukunya yang ini, Goldziher mengulas langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dalam penafsiran Al-Qur'an, sejarah penulhsan Al-Qur'an juga ia kupas, begitu juga dengan berbagai jenis qira'ah atau pembacaan. Dalam bahasa Arab, buku ini berjudul Ittijahat Tafsir Al-Qur'an ind Al-Muslimin.

Nama lain yang harus disebut adalah Joseph Schatcht, satu lagi orientalis Yahudi Jerman yang dengan lantang mengumandangkan pemikiran, bahwa tak ada satupun hadits yang benar-benar dari Nabi Muhammad. Dan kalau pun ada serta dibuktikan, maka jumlahnya sangatlah sedikit, menurut Schacht. Sistem mata rantai periwayatan yang kita sebut sanad, menurut Schacht baru muncul pada abad kedua Hijriah. Dan hadits, pada dasarnya, menurut orientalis Yahudi yang satu ini, baru muncul pada abad kedua Hijriah dan baru berkembang pada pasca Imam Syafi'i. Jadi, tidak saja menuduh bahwa semua hadits adalah palsu, tapi schacht juga mencurigai Imam Syafi'i dan juag imam-imam mazhab yang lain melakukan kejahatan kekuasaan melanggengkan pengaruhnya dengan cara meriwayatkan hadits yang tak pernah ada. Karenanya, sejarah hadits tidak dapat dilacakh menuru schacht. Baginya, Nabi Muhammad sama sekali tidak pernah bermaksud membuat sistem baru dibidang hukum. Madzhab-mazhab fiqih generasi awal-lah yang mengubah makna sunnah dari perilaku masyarakat menjadi berarti perilaku Nabi Muhammad. Pertikaian antar Madzhab dan kelompok, akhirnya memunculkan hadits-hadits yang dinisbatkan pada Nabi Muhammad.

Joseph Scacht, orientalis Yahudi jerman yang lahir di Rottbur pada 15 Maret 1902. Ia ahli dan mendalami ilmu-ilmu filologi klasik, teologi dan juga berbagai bahasa Timur. Pada tahun 1934, ia diundang Universitas Mesir (sekarang Universitas Kairo) untuk mengajar ilmu fiqih, sastra Arab dan bahasa Suryani di Fakultas Bahasa Arab dan Sastra. Jadi, sosok Schacht benar-benar mewakili kalimat yang menjadi judul suatu buku "Belar Islam dari Yahudi". Ia mengajar di Universitas Mesir sampai pada tahun 1939, dan pada Perang Dunia II, ia pindah ke London dan bekerja di kantor berita BBC. Ini adalah sebuah kolaborasi yang dahsyat, orientalis yahudi yang memiliki pemikiran sangat jahat terhadap Islam, bertemu dengan kekuatan media seperti yang dimiliki BBC. Tapi keterlibatan Schacht di BBC terutama untuk program-program propaganda anti Nazi. Tapi ia merasa kurang mendapat penghargaan di Inggris, setelah ia mengkhianati negerinya sendiri, Jerman.

Karena itu pula ia pindah ke Belanda, dan di Univershtas Leiden ia diangkat sebagai Guru Besar sampai pada tahun 1959. Karya Schacht yang paling menonjol dalam perspektif orhentalisme adalah The origin of Muhammadan Jurisprudence yang diterbitkan oleh Oxford pada tahun 1950. Konon, penulisan karya Schacht yang satu inh menyita waktu sampai 10 tahun lamanya.

Seringkali para orientalis menyebut dan menamakan agama ini sebagai Muhammadan. Ini bukan sekedar sebuah penamaan, tapi ini juga dalam kerangka kerja orientalisme yang sangat ingin menggeser keyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang diturunkan dari sisi Allah swt., tapi agama yang diciptakan dan direkayasa melalu pengalaman spiritual seorang Muhammad. Begitu pula ketika mereka menyebut dan menuliskan nama Nabi Muhammad, beragam cara mereka gunakan untuk menunjukkan nuansa dan usaha pelecehan. Dari Mahomet, Mehmet, dan banyak lagi.

Ada kesalahan yang mendasar ketika Schacht mengatakan bahwa tidak ada hadits, yang ada hanya sebuah usaha dari para ahli fiqih dan imam-imam madzhab yang menjadikan tradisi masyarakat menjadi sunnah dan dinisbatkan kepada Rasulullah. Ada sebuah kaidah dalam ilmu pengetahuan, bahwa sesuatu yang tidak kita ketahui bukan berarti sesuatu tersebut tidak ada atau tidak eksis. Inilah yang terjadi ketika Schacht merumuskan pendatapnya tentang hadits. Tentu saja selain motivasi buruk untuk menyerang sendi-sendi umat Islam.

Sebagai contoh, seseorang yang mengetahui sebuah hadits, maka akan dianggap oleh Schacht sebagai orang yang menciptakan hadits tersebut.

Tie berst of proving that a tradition dit not exist at a certain time is to show that it was not used as a legal argument in a discussion which would have made reference to it imperative, if it had existed.

The evidence collected in the present chapter has been choosen with particular regard to this last point, and in a number of cases one or the other of the opponents himself states that he has no evidence other than that qouted by him, which does not include tradition in question.

This kind of conclusion 'e silentio' is furthermore made safe by Tr. VIII, ii, where Shaibani says: "(This is so) unless the Medinese can produce a tradition in support, as soon as they were put into circulation"Dalam hal ini Schacht berbicara tentang rumput yang ada di tanah suci Mekah Al-Mukaramah, apa hukumnya bagi binatang yang memakannya dan apa pula hukumnya bagi manusia yang mencabutnya. Ini adalah salah satu tema yang dibahas dalam kitab Al-Umm milik Imam Syafi'i. Hukumnya adalah, tidak ada apa-apa ketika hewan yang memakan rumput, tapi tidak baik jika manusia mencabutnya. Menurut Schacht, hukum tentang memakan rumput bagi hewan atau mencabut rumput untuk manusia adalah pendapat tokoh-tokoh pada kurun abad kedua Hijriah, tidak ada hadits tentang hal itu. Tapi akhirnya pendapat tersebut disandarkan kepada Rasulullah, menurut Schacht. Maka ujar Schacht, hadits-hadits seperti ini sengaja diciptakan oleh para imam seperti Imam Syafi'i untuk membenarkan sebuah hukum atau pendapat.

Dalam hal ini, apa yang tidak diketahui okeh Schacht diklaim sebagai tidak ada oleh Schacht. Bahkan lebih jauh, yang mengatakannya maka akan divonis mengada-ada oleh Schacht. Dan ketika Schacht dan ketika Schacht memvonis seorang ulama sebagai seorang yang mengada-ada, maka ini akan menjadi seperti virus yang akan diteruskan, terus-menerus, turun-temurun dalam kajian orientalisme, termasuk sarjana-sarjana Islam yang menjadikan nama Schacht sebagai salah seorang sarjana Barat yang wajib dijadikan rujukan.

Joseph Schacht, meneliti hadits pertama kali dengan memasuki pintu gerbang fiqih. Hadits-hadits yang mengenai hukum Islam, diperkirakan oleh Schacht, belum muncul sampai sesudah era Asy Sya'labi (110 H) . Menurut Schacht, hukum Islam baru dikenal sesudah masa ini, setelah para khalifah memilih para qadi sebagai pemimpin masalah agama. Dan dalam prosesnya para qadi ini memerlukan legitimasi dari orang atau sosok yang lebih tinggi dari dirinya sendiri untuk berbagai keputusan. Walhasil, berbagai keputusan hukum yang dibuat, akhirnya dinisbatkan pada orang-orang terdahulu, atau ulama di zaman yang sudah lampau. Dan agar pendapat orang-orang terdahulu ini lebih kuat legitimasinya, maka pendapat yang dikutip harus pula dinisbatkan kepada kelompok yang lebih tua lagi, sampai pada tataran para sahabat Nabi. Akhirnya, menurut Schacht, penisbatan itu sampai pula pada diri Nabi Muhammad. Ini adalah rekonstruksi rantai sanad yang diyakini oleh Joseph Schacht.

Tapi pendapat Schacht ini di kalangan orientalis, banyak juga yang menyangkalnya. Sampai ada semacam opini balik yang berserangan dengan Schacht yang sering disebut via postiva, yang beranggapan remua hadits adalah benar sampai terbukti salah, lemah atau palsu. Hal ini bertentangan dengan pendapat Schacht yang beraliran via negativa, bahwa semua hadits adalah palsu, sampai dibuktikan benar.

Orientalis Barat yang sedikit rama pada sejarah Nabi Muhammad dan Islam adalah Prof. Montgomery Watt. Tapi seperti kisah yang saya ungkap di atas, tentang Abdullah bin Ummi Maktum yamg berinteraksi dengan iblis, Seramah-ramahnya iblis, ia punya niat jahat yang tersembunyi. Andai saja kita tahu?

Begitu juga dengan Watt, ia adalah orientalis yang mengakui bahwa Islam adalah nama agama yang diberikan Tuhan dan menyebut dirinya sendiri dengan nama Islam. Tidak seperti agama-agama yang lain yang namanya dinisbatkan pada nama orang pembawa atau pencetus agama, atau nama tempat dari mana agama itu berasal atau berkembang.

Watt adalah cermin orientalis yang ramah. Ia juga teliti atas berbagai sumber Islam yang ia pelajari, bahkan dalam buku terakhirnya Islam and the Integration of Society. Montgomery Watt dengan jelas mengatakan dan mengakui subangan Islam pada peradaban manusia. Tapi ia juga tetap mendesak, bahwa Islam harus mengakui asal-usulnya, yakni sumber-sumberi Islam yang diyakini oleh para orientalis: Yahudi dan kristen, serta agama dan filsafat peradaban sebelum Islam datang. Dengan begitu, menurut Watt, umat Islam akan lebih memiliki peran di masa mendatang.

Karya Watt sangat banyak, dan banyak pula yang berpengaruh. Mulai dari Muhammad at Mecca, Muhammad at Medina, The Majesty That Was Islam, History of Islamic Spains, The Influence of Islam in Medieval Europe dan banyak lagi. Sebagian intelektual berpendapat, hampir semua buku dan karya yang dilahirkan oleh Montgomery Watt, nadanya sangat bersahabat dengan Islam. Tapi ketika ia menulis tentang Al-Qur'an dan hadits, Montgomery Watt juga tak kalah sengit. Misalnya, Watt pernah bekerjasama dan melakukan revisi pada buku Richard Bell yang berjudul Bell's Introduction to The Qur'an. Sebuah pengantar untuk cara membaca Al-Qur'an versi orientalis. Dan disebutkan dalam buku tersebut, bahwa Al-Qur'an penuh kejanggalan, salah satu kejanggalan yang paling banyak ditemui adalah banyak kisah yang saling tak berhubungan satu dengan lainnya dalam surat di dalam Al-Qur'an. Watt termasuk orientalis yang meragukan otensitas Al-Qur'an dan hadits. Ia mengatakan bahwa bagian-bagian dari Al-Qur'an dan hadits adalah dibuat-buat, tidak konsisten dan karenanya tidak bisa di jadikan samdaran hukum. Dan setipikal orientalis lainnya, Watt juga mencurigai ada "ayat-ayat setan" dalam Al-Qur'an. Sedangkan komentarnya pada peradaban Islam yang pernah gemilang, misalnya, Watt mengatakan bahwa sumber filsafat dan teologi Islam dari hasil penerjemahan yang dilakukan peradaban sebelumnya seperti Yunani.

Tapi anehnya, tokoh-tokoh seperti Watt bagi para aktivis gerakan Islam liberal seperti diangga bak dewa penolong yang harus disambut tangannya dengan suka cita karena akan menjembatani Barat dan Islam. Dalam salah satu artikelnya yang berjudul Uluqan Tangan Watt, Ulil Absar Abdalla menyarankan agar kaum Muslimin menyambutnya.

Dan bagi siapa saja yang tidak menyambut, atau setidaknya tidak apresiatif pada orientalis semacam Watt, Ulil Absar Abdalla telah punya vonis tersendir:

Seluruh buku tentang Islam yang ditulis Watt terbit dari semangat yang sama, yakni ingin mengulurkan tangan persahabatan ke dunia Islam. Watt melihat Islam dengan semangat ekumenis, kalau istilah ini boleh dipakai. Salah satu kalimat yang selalu saya ingat dari Watt adalah ketika ia mengatakan What is Islam? : jika Islam berarti ketundukan kepada suatu kebenaran ultim, kepada Tuhan sebagai sumber kebenaran itu, maka anda boleh menyebut saya sebagai Muslim (tentu dalam esensi). Saya tak inat persis kalimatnya, tapi kira-kira begitu.

Kajian Islam di Barat memang terus berkebang. Semula berkembang sebagai bagian dari polemik melawan Islam, kemudian berkembang menjadi salah satu "alat" untuk mendukung dominasi atas dunia Islam pada masa kolonialisme, dan sekarang berkembang jauh sebagai bagian dari usaha masyarakat Barat untuk membangun saling pengertian antar kebudayaan umat manusia.

Watak kajian Islam di Barat kian lama kian simpatik terhadap dunia Islam, sementara konsepsi populer di dunia Islam tentang "orientalisme" (yaitu kesarjanaan Barat tentang dunia Timur, terutama Islam) stagnan, tetap tak berkembang.

Mereka yang tak menginginkan Watt dan pemikiran orientalis masuk ke dalam pemahaman kita tentang Islam, mereka adalah orang-orang yang jumhud, tidak berkembang, bodoh. dan sejuta lagi sematan negatif lainnya. Andai saja ada kata-kata kasar yang terdengar ilmiah, maka kata-kata itu akan digunakan dan disematkan bagi umat Islam yang ingin menjaga kebersian fikrah mereja dari campur tangan orientalisme yang menentukam bagaimana cara kita harus berislam.

Apakah ini cara dan bentuk pemikiran yang merdeka? Setelah Rasulullah membebaskan umat manusia dari penyembahan berhala dan manusia, lalu sekarang datang sebuah zaman yang hendak mengajak kita kembali menyembah pemikiran manusia lainnya, apakah ini yang disebut ilmiah? Zaman yang dipuja dan dipuji, sebagai zaman obyektif dan intelektual, dan mengajak kita memandang secara kritis setiap sejarah kehidupan, termasuk hadits dan Al-Qur'an.

Tidak dapat dipungkiri memang, sarjana-sarjana Barat juga memberikan sumbangan tersendiri pada perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam lewat berbagai studi dan kajian yang mereka laktkan. Baik di bidang sejarah, filsafat, teologi, sufisme, sains dan banyak lagi lini yang dirambah oleh mereka. Namun tentang hal ini, setidaknya kita harus membaca mereka dengan dua semangat dan filter yang harus senantiasa kita jaga.

Pertama, kita tidak menolak atas semua kajian yang telah lakukan. Tapi kita juga tidak bisa menerima mentah-mentah seluruh yang mereka sajikan. Kita bisa menerima yang betul dan baik, dan harus menyaring yang buruk dan jahat yang dihasilkan oleh berbagai kajian orientalisme internasional, terutama dari Yahudi dan Nasrani yang memang menyimpan dendam dan rasa permusuhan.
Kedua, sesungguhnya secara pemikiran, kita tidaklah dilarang melakukan interaksi dengan hal-hal yang semacam ini, tapi sekali lagi hujjah yang harus dipegang dan dijunjung tinggi adalah kebenaran yang hakiki serta dasar rujukan yang pasti; Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.

Jangan sampai Al-Qur'an dan Sunnah, tafsir dan pendapat para ulama dikalahkan hanya oleh catatan kaki dan kutipan pemikiran dari para orientalis yang kita sendiri tak pernah mengetahui motivasi awal saat mereka melakukan kajian. Ketika sebuah artikel dan tulisan, dengan menggunakan catatan kaki yang berjibun dengan nama-nama besar dalam ilmu pengetahuan Barat, ada perasaan bangga, rasa percaya diri bertambah karena masuk dalam golongan intelektual. Tapi ketika harus merujuk Al-Qur'an, Hadits, pendapat para ulama, ada perasaan minder, inferiority complex, scripturalis, puritan, fundamentalis, dan terbelakan. Perasaan ini yang memang ingin dimunculkan.

Musuh-musuh Allah dan Islam selalu mencari cara dan celah untuk mengalahkan umat ini. Mengalahkan jiwanya, mengalahkan pemikirannya, mengalahkan sudut pandangnya, dan mengalahkan rasa percaya dirinya. Dan cara yang digunakan sudah tak terhitung lagi jumlahnya.

Rasulullah pernah bersabda, "Janganlah kalian bertanya kepada ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) berkaitan dengan apa saja, karena sesungguhnya mereka tidak akan dapat memberi petunjuk kepadamu, karena mereka sendiri berada dalam kesesatan. Jika kamu menerima sesuatu dari mereka, maka sama artinya kamt mempercayai yang bathil dan menolak yang benar."

Dan lebih dari segalanya, karena Allah swt. dalam banyak firman-Nya telah berkali-kali memperingatkan kaum Muslimin tentang bahaya dari orang-orang Yahudi dan Nasrani.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang diluar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu. Mereka tidak akan berhenti-henti berusaha mendatangkan bencana untukmu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang tersebunyi di dalam hati mereka lebih jahaat lagi. Sungguh, Kami telah terangkan ayat-ayat (Kami) jika kamu mengerti (Ali Imran [3] : 118)"

"....Dan mereka tidak akan berhenti memerangi sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu.. jika mereka sanggup...." (Al-Baqarah [2] : 217)

"Jika mereka dapat menguasai, niscaya mereka akan menjadi musuh bagimu, lalu mereka akan melepaskan tangan dan lidahnya kepadamu untuk menyakiti dan mereka ingin agar kamu (kembali) kafir." (Al-Mumtahanah [60] : 2)

Dan dunia, sepertinya sudah terbalik. Sesuatu yang menjerumuskan, nampak seperti sebuah taman bunga yang menawan, indah dan mengagumkan. Mereka yang mengajak pada kesesatan, mendapat sambutan dan dieluk-elukkan sebagai intelektual, pemikir hebaat, bahkan pahlawan.

Salah satu contoh yang paling gress, nampak pada sosok yang menamakan dirinya Ibn Warraq, yang menggugat Islam, tapi justru mendapat sambutan sangat besar, terutama dari negara seperti Amerika pasca 11 September 2001. Sebuah buku berjudul Why I am not a Muslim tiba-tiba mencuat dan ngetop. Para pengamat buku, pemikir, dan kritikus bahkan memberi nilah bahwa buku membuat The Satanic Verse yang membuat penulisnya, Salman Rusdhie, divonis mati oleh Ayatullah Khomeini terasa hambar. Hujatan terhadap Islam yang tertuang dalam novel yang tak pernah mampir ke Indonesia itu terasa belum apa-apa dibanding Why I am not a Muslim.

Why I am not a Muslim di tulis oleh seseorang yang menamakan dirinya Ibn Warraq, tentu saja ini nama samaran. Berisi tentang hujatan-hujatan terhadap Islam. Ibn Warraq dengan sangat kasar banyak menyebutkan betapa elemen-elemen nilai ajaran Islam salah, buruk dan biadab. Buku ini laris ltar biasa. Dalam waktu yang singkat judul ini masuk dalam daftar 25 buku terlaris versi Amazon.com.

Ibn Warraq pun menjadi selebritis intelektual yang menikmati sanjungan pujian atas keberaniannya. Ia diundang secara resmi oleh tim kepresidenan Amerika untuk makan siang dan berbincang santai lebih dari 1 setengah jam. Waktu luang yang luar biasa bagi anggota tim kepresidenan sebuah negara "paling kuat" di dunia. David Frum, juru bicara ekonomi George Bush menyebut karangang Ibn Warraq ini sebagai, "Karya brilian tentang dakwaan atas agama besar di dunia."

Tapi di tengah itu semua, di tengah kenikmatan popularitas dan perhatian, Ibn Warraq memendam keprihatinan tersendiri. Esensi Why I am not a Muslim sebenarnya bukan saja untuk Islam. Ibn Warraq menggugat dan melecehkan semua agama yang pernah ada. Buku ini adalah sebuah promosi tentang atheisme. Buku ini hampir punya tesis sama dengan karya Bertrand Russel berjudul Why I am not a Muslim dan Why I am not a Christian adalah buku setali tiga uang yang beranggapam kehidupan tak ada kaitannya dengan Tuhan.

Contoh lain dalam kasus yang berbeda dipertontonkan oleh Samuel P. Huntington, penulis buku Clash of Civilization. Dalam artikelnya di edisi Newsweek yang berjudul The Age of Muslim War, Huntington menulis tentang betapa sejarah Islam dipenuhi dengan catatan perang. Saling perang sesama Muslim sendiri dan perang melawan Barat. Lebih jauh lagi Huntington memperkirakan bisa jadi kelompok muslim akan memicu konflik global yang akan memantik the clash of civilization.

Satu lagi fenomena pesta anti-Islam adalah larisnya buku yang berjudul Jihad vs Mcworld yang juga terbit pertama kali pada tahun 1995. Penulisnya, Benjamin R. Barber dikabarkan menjadi orang super sibuk setelah peristiwa 11 September 2001. Dalam satu hari ia bisa berada di dua negara bagian yang letaknya berjauhan untuk menjelaskan apa isi bukunya. Jadwalnya hingga beberapa bulan ke depan penuh dengan acara-acara kuliah singkat dan diskusi tentang bukunya yang sebelum peristiwa Selasa Hita bukan apa-apa dan tak pernah mendapat perhatian. Kini, sejak September papper back buku itu sudah laku terjual sebanyak 40.000 COPY.

McWorld oleh Barber diambil dari Mc Donald yang telah mendunia dan ada dimana-mama. Mc World diartikan oleh Barber sebagai nilai-nilai dan budaya Amerika yang dibungkus dengan musik, budaya, pop, film, fast food dan video game yang mendunia. Sedangkan jihad disebut oleh Barber sebagai oposisi modernisasi. Muslim dianggap sebagai satu masyarakat yang terikat dengan pertarungan suci melawan kejahatan. Pendeknya, Muslim, Jihad, dan Islam adalah sebuah lawan kata dari modern, beradab, dan maju. Jihad adalah perang melawan itu semua.

Perang melawan kemajuan zaman. Perang melawan peradaban mutakhir. Itulah yang disebut oleh Bush dalam pidatonya beberapa saat setelah dua buah pesawat meruntuhkan WTC dan melantakkan Pentagon. "They hate our freedoms," pekik Bush. Betiulah, dengan mudah, teramat mudah, mereka menyebut bahwa semua kekacauan ini, segala pertempuran ini gara-gara satu kelompok membenci kebebasan dan muak pada kemerdekaan kelompok lainnya.

Bisakah Anda rasakan, saat ini semua mata sedang tertuju mengawasi umat Muslim sedunia? Bisakah Anda rasakan, detik ini, setiap pasangtelinga sedang mendengar seksama tentang apa yang kita bicarakan? Apakah ini semua, apakah pesta anti-Islam di awal milenium ini akan melemahkan kita? Saya berhara tidak demikian.

Sebaliknya, diam-diam saxa memendam sikap harap, bahwa ini semua akan membuat Islam kian kuat. Ini semua akan membuat Muslim kian cerdas. Kuat dalam diri sendiri, cerdas menyampaikan keyakinan kita. Kuat mempertahankan iman dalam diri, cerdas beradu argumentasi dengan kaum anti-Islam. Kita harus kuat karena Allah selalu berrama orang-orang yang meperjuangkan agamanya. Muslim harus cerdas karena ayat Allah tak pernah salah.

Ibn Warraq salah besar jika berharap dengan bukunya akan banyak Muslim yang akan berpaling dari agamanya. Huntington salah besar jika Muslim akan memicu benturan peradaban dan terpuruk dalam perang tak berkesudahan. Barber pun telah alpa jika menganggap Islam adalah lawan dari semua kemajuan zaman. Ini bukan utopia, saya yakin sekali.

Akan lahir karya dari Muslim-Muslim brilian yang mematahkan hujjah orang-orang seperti Ibn Warraq. Akan muncul pemikir-pemikir yang lebih bisa meyakinkan ketimbang Huntington, kalau pun ada perubahan peradaban, Islam akan membawa peradaban yang lebih cemerlang. Akan ada karya dan penjelasan yang cerdas pada Barber, bahwa Islam tak bertentangan dengan sains dan teknologi. Sebaliknya, Islam penuh dengan gagasan yang melampaui zaman, jauh di depan.

Siapakah mereka? Bisa saya, bisa Anda, bisa juga Muslim di belahan dunia lainnya. Akan datang waktunya. Kelak jika sudah tiba saatnya, saya harus siap, Anda harus siap, Muslim dunia harus siap. Peradapan sedang bergerak, begitupun kita. Jangan lengah, jangan lemah, jangan berdiam diri. Mari berpikir, mari bergerak, mari berbuat sesuatu.

Rabbana, anta maulana, fanshurna alal kaumil kafiriin. Amin.

Wassalam

01/04/2014

Dua Sahabat Rasul Yang Terkenal Kocak Dan Humoris

Selamat malam sobat, saya mau share nieh tentang:

DUA SAHABAT RASUL YANG DIKENAL KOCAK DAN HUMORIS

Perlu sobat ketahui bahwa sesungguhnya melucu itu tidak haram dan boleh-boleh saja, seperti sahabat-sahabat Rasul yang diantaranya adalah Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. Banyak sekali anekdot dan peristiwa-peristiwa lucu atau ganjil yang diriwayatkan darinya. Nu'aiman bin Umar Al-Anshari ra. Merupakan salah satu sahabat yang menyaksikan baitul 'aqabah yang terakhir. Selain itu, dia juga ikut dalam perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan perang-perang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. adalah kelompok sahabat Anshar yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islma (assabiquna al-awwalun) yang diridhai Allah Swt. dan mereka pun ridha kepada Allah Swt. seperti yang termaktub di dalam surat At-Taubah. "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajiri dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar (At-Taubah: 100)"

Zubair bin Bakar dalam kitab Al-Fukahah wa Al-Marah meriwayatkan beberapa anekdot dan peristiwa lucu dari Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. Disini saya akan menyebutkan beberapa contohnya.

Zubair bin Bakar berkata, Setiap ada Thurfah (sestatu yang baru dan menarik) sampai ke Madinah, pasti Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a. membelinya. Suatu hari, Nu'aiman membawa thureah kdpada Rasulullah Saw.
"Ini aku hadiahkan kepadamu, ya Rasul," kata Nu'aiman sambil bergegas pergi. Tapi tak lama kemudian datanglah pemilik thurfah meminta meminta Nu'aiman membayar harga thurfah yang telah ia hadiahkan kepada Rasulullah Saw. tersdbut. Nu'aiman membawa si pemilik thurfah kepada Rasulullah, lalu Nu'aiman berkata, "Ya Rasullah, bayarlah harga thurfah ing kepada si pemiliknya."

Rasulullah Saw. lalu bertanya, "Bukankah barang ini kamu hadiahkan kepadaku?" tanya Rasulullah.
"Benar, ya Rasul" jawab Nu'aiman.
"Akan tetapi sungguh aku tidak memiliki uang untuk membayarnya. Aku hanya ingin sekali engkau memilikinya!" mendengar jawaban An-Nu'aiman tersebut Rasulullah langsung tertawa, lalu memerintahkan kepada salah seorang sahabat untuk membayar barang tersebut kepada pemiliknya.

Zubair bin Bakar juga meriwayatkan kisah yang lain melalui Rabi'ah bin Utsman. Dia berkata, suatu ketika ada seorang Badui datang menemui Rasulullah Saw. Badui itu menderumkan untanya di halaman masjid Rasul. Beberapa sahabat berkata kepada Nu'aiman Al-Anshari r.a., "Sembelihlah unta itu lalu kita makan dagingnya, karena kami ingin sekali makan daging."

Permintaan para sahabat itu dituruti oleh Nu'aiman. Dia benar-benar menyembelih unta tersebut. Ketika orang Badui si pemilik unta keluar, dia pun berteriak kaget, "Wahai Muhammad, untaku telah disembelih orang." Rasulullah Saw. lalu keluar dan bertanya kepada para sahabat yang ada di situ, "Siapa yang melakukannya?" tanya Rasul. "Nu'aiman yang melakukannya," jawab para sahabat.

Rasulullah Saw. segera pergi mencari Nu'aiman. Akhirnya Rasulullah berhasil mengetahui di mana Nu'aiman berada, yaitu di rumah Dhaba'ah binti Zubai bin Abdul Mutalib. Di rumah tersebut Nu'aiman bersembunyi di bawah lorong bawah tanah yang atasnya ditutupi pelepah kurma.

Seseorang lalu menunjukkan kepada Rasulullah Saw. Dimana Nu'aiman bersembunyi. Nu'aiman pun segera dibawa keluar dan Rasulullah bertanya kepadanya, "Apa yang mendorongmu melakukan semua itu?" Nu'aiman berkata, "Orang-orang yang menunjukkan kepadamu dh mana aku bersembunyi itulah yang memerintahkanku melakukan hal itu." Rasulullah Saw. kemudian tertawa dan mengusap debu yang menempel di wajah Nu'aiman, lalu membayar ganti hewan unta tersebut.

Zubair bin Bakar meriwayatkan dari pamannya dari kakeknya, pada suatu ketika, Makhramah bin Naufal yang saat itu berusia 115 tahun dan sudah buta berdiri di salah satu sujud masjid ingin kencing. Orang-orang lalu meneriakinya, "Masjid, masjid" (maksudnya jangan kencing di tempat itu, karena itu adalah masjid). Nu'aiman Al-Anshari langsung memegang tangan Makhramah dan membawanya ke salah satu sudut masjid yang lain, lalu berkata, "kencinglah disini." Melihat hal itu para sahabat kembali meneriakinya lalu Makhramah berkata, "Celakalah kalian, siapa yang membawaku ke tempat ini?!" Para sahabat kemudian berkata, "Nu'aiman yang membawamu ke sini." Makhramah berkata, "Sungguh, aku berjanji, jika aku bertemu Nu'aiman, aku akan memukulnya dengan tongkatku ini sekeras-kerasnya!"

Setelah mendengar omongan Makhramah tersebut, Nu'aiman tidak menampakkan diri sampai beberapa waktu. Setelah itu, pada suatu hari Nu'aiman datang menemui Makhramah di masjid. Kebetulan Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang shalat di salah satu sudutnya. Nu'aiman berkata kepada Makhramah, "Apakah kamu ingin membalas Nu'aiman?" Benar," jawab Makhramah mantap. Nu'aiman lalu memegang tangan Makhramah dan membawanya menuju tempat di mana Khalifah Utsman bin Affan r.a. sedang menunaikan shalat. Seperti biasanya, ketika sedang menunaikan shalat, Khalifah Utsman bin Affan r.a. tidak melihat dan memerhatikan sekeliling.

Nu'aiman kemudian berkata kepada Makhramah, "Orang yang sedang shalat ini adalah Nu'aiman." kontan saja Makhramah langsung memegang tongkatnya dengan kuat dan memukul tubuh yang ada di depannya hingga khalifah Utsman bin Affan r.a. terluka. Seketika itu juga para sahabat langsung meneriaki Makhramah, "Hai, yang kamu pukul itu Amirul mukminin, bukan Nu'aiman!"

Selain Nu'aiman bin Umar Al-Anshari r.a juga ada sahabat lainnya yang terkenal kocak dan memiliki jiwa humoris. Nama sahabat kocak itu adalah Suwaibit bin Hamalah. Dia berhasil mengerjai dan mempermainkan Nu'aiman yang juga sering mengerjai orang. Suwaibit juga termasuk sahabat yang ikut dalam perang Badar.

Ibnu Abdul Bar menjelaskan catatan biografi Suwaibit bin Harmalah r.a di dalam kitab Al-Isti'bad. Ibnu Abdul Bar berkata "Suwaibit bin Harmalah adalah orang yang suka bercanda dan sangat kocak." Dia memiliki sebuah kisah lucu bersama Nu'aiman dbn Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Di sini saya akan menyebutkan kisah lucu tersebut karena di samping ganjil dan lucu juga mengandung nilai akhlak yan baik.

Ummu Salamah r.a. berkata, setahun sebelum wafatnya Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq pergi berdagang ke Bashra ditemani oleh Nu'aiman dan Suwaibit bin Harmalah. Kedua sahabat ini sama-sama ingin ikut dalam Perang Badar. Pada waktu itu Nu'aiman kebagian memb awa bekal perjalanan. Suwaibit yang suka bercanda dan kocak berkata kepadanya, "Beri aku makan." Nu'aiman menolak, "Tidak, tunggu sampai Abu Bakar r.a datang," katanya. Suwaibit pun kesal dan berkata, "Sungguh aku akan mengerjaimu dan membuatmu marah."

Ketika keduanya melewati suatu kaum, Suwaibit berkata kepada mereka, "Apakah kalian berminat membeli budak dariku" Mereka berkata "Baiklah. Kami tentu akan membelinya" Suwaibit lalu berkata, "Tapi ada hal aneh pada budakku itu. Kalau kalian ingin membelinya, dia pasti akan bilang, 'Aku bukan budak. Aku orang merdeka.' jika budakku itu berkata demikian maka kalian jangan membelinya." Karena orang-orang terlanjur tertarik dengan budak tawaran Suwaibah maka mereka berkata, "Meskipun budakmu bilang begitu, kami akan membelinya," kata mereka sambil menyerahkan sepuluh unta sebagai harganya.

Mereka pun segera mendatangi 'si budak' dan meletakkan surban untuk mengikat lehernya. Tentu saja Nu'aiman protes, "Laki-laki yang bekata kepada kalian itu hanya main-main. Aku bukan budak. Aku orang merdeka," jelasnya. Tapi orang-orang tetap mengikat leher Nu'aiman dan berkata, "Kami telah diberi tahu tuanmu kalau kamu akan mengatakan hal ini."

Mereka pun membawa Nu'aiman pergi. Ketika Abu Bakar datang, Suwaibit menceritakan apa yang telah terjadi. Keduanya segera mengikuti orang-orang yang telah membeli Nu'aiman tersebut untuk mengembalikan sepuluh unta yang telah mereka serahkan sebagai ganti Nu'aiman. Sepulang dari berdagang, cerita ini disampaikan kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah dan orang-orang yang mendengarnya pun tertawa.

Demikianlah 2 orang sahabat Rasulullah SAW, yang terkenal akan kekocakannya dan kelucuannya. Sesungguhnya bercanda atau bergurau, melucu, itu tidak diharamkan namun atas batasannya, yaitu tetap menjaga kebersamaan juga tidak melanggar aturan-aturan Islam.

Sekian dulu sob, sekedar inilah pengetahuan saya. Semoga bermanfaat dan dapat membuat sobat terhibur.

Wassalam

29/03/2014

Kumpulan Game Java Pilihan

Selamat malam sob, selamat beraktivitas malam, dan semoga sehat selalu ya kalian.

Kali ini saya akan share game buat hp java...Biar semangat yang punya hp java karena sekarang udah jarang yang megang hp java,.

Ya sob karena sekarang hp java mulai diabaikan, dan untuk mempertahankannya saya akan mencoba memberikan game buat java.

Wah, baiklah sob, tanpa basa basi, silahkan dipilih gamenya dibawah ini.

Coast Racer 3D

7 Casino nights

GeneratorRex

Tron Legacy

Hight Speed 5 3D

Sekian dulu sob, semoga bermanfaat dan dapat mempertahankan budaya java.

WASSALAM

28/03/2014

Lelaki Berhati Cahaya

Selamat pagi sob, saya masih newbie dan perlu dukungan dari sobat, dan di postingan saya yang kedua ini saya akan share kisah tentang:

Lelaki Berhati Cahaya

Satu persatu anak-anak usia SMP di hadapanku bersingut bangkit dan berlalu tanpa pamit. Aku terus berbicara perihal hidup Rasulullah Muhammad Saw. Kutahan sedikit deburan di hatiku.

Kini, dari dua puluh, hanya tersisa sekita tujuh anak. Lelaki semua. Anak-anak dan wanita yang duduk di belakang kini sudah tak tersisa. Mereka pulang. Sementara tujuh anak di hadapanku tampak sibuk sendiri. Berbisik, ngobrol, dan baca majalah. Masih ada waktu hamphr satu jam lagi, tetapi kusudahi ceramahku.

"Minggu depan Mas Tomi datang kan?" tanya seorang anak.
"Bukan Mas lagi kan yang mengisi" tanya yang lain.

"Ya Insyaallah. Saya cuma menggantikan." Suaraku terdengar lebih parau.
"Hari ini Mas Tomi ada acara."

"Alhamdulillah," seru anak-anak itu.
"Kami duluan, Mas. Assalamu'alaikuuuuuuuuum "

Aku menjawab salam dan tersenyum. Tapi mungkin senyumanku lebih mirip seringai, sehingga tanpa sedikit pun menatap, anak-anak itu berlarian keluar.

Astaghfirullah. Kubilang apa, Tom..., aku gagal lagi!
Kutarik napas panjang. Ada segores perih di hati. Segores.

****

Pulang dari Mushala An-Nur di dekat rumah Tomi tadi, aku naik bus menuju kosku di bilangan Ciliwung. Tumben bus tak seramai biasa. Aku duduk. Di sebelahku, ada seorang bapak tertidur, terkantuk-kantuk.

"weis, gila! Ini baru "the best" yang asli!"

Aku menoleh dari tempat duduk. Tak jauh dibelakangku, beberapa gadis SMA cekikikan seraya menutup separuh wajah mereka. Tepat di belakangku, kutemui seorang bapak tua menatapku penuh kasihan. Ia hampir tak berkedip!

Aku bersikap biasa. Pura-pura tidak tahu.

Di cawang naik seorang wanita hamil. Bangku sudah terisi semua. wanita itu celingkukan mencari tempat duduk.

"Silakan, Mbak....," Aku berdiri dengan menunduk. Menyilahkannya duduk di bangkuku.

"Hiii, amit-amit jabang bayi!" pekik wanita itu tiba-tiba sambil membuang mukanya.

Aku terkejut. Para penumpang lain memandang ke arahku dan wanita hamil itu. Dan.....ketika mereka benar-benar melihatku, bias pandang curiga tampak. Suasana jadi agak gaduh. Wanita hamil itu tetap tak mau duduk di kursiku. Berdiri sambil membuang muka.

"Ciliwung! Ciliwung!"

Aku melangkah menuju pintu belakang. Lebih baik aku turun saja. Kulihat wanita hamil muda tadi mengelap bangku yang tadi aku duduki dengan tisu kuat-kuat. Sekilas ia komat-kamit sambil mengusap perutnya, baru duduk. Aku menunduk dengan dagu yang nyaris rapa dengan dada. "Astaghfirullah...., Rabbi, jangan sampai hamba-Mu yang lemah ini berprasangka yang tidak-tidak pada para penghuni bus. Pada para....., Astaghfirullah.

Dzikir kian membuat hatiku lapang. Ah, lebih baik aku turun saja.

"Kiri ya, Pak.....," ujarku pelan, pada kenek di sampingku. Kenek bis buru-buru minggir.

"Cawang atas, kiri...." katanya dengan wajah yang tiba-tiba pucat.

ah, mungkin dia belum sarapan. Aku tersenyum sendiri. Coba menghalau perih.

*****

"Copet! Copet Copet"

Aku menoleh ke belakang! Kulihat seorang lelaki menarik tas seorang ibu tua....dan berlari kencang meninggalkan ibu tua yang berteriak itu. Tanpa berpikir panjang kukejar lelaki tadi. Jalanan memang agak sepi sehingga teriak si korban hampir tak ada yang mendengar.

Ibu tua itu terus berteriak histeris. Aku masih berlari mengejar pencopet tapi. Nafasku tersengal-sengal. Wah, larinya cepat sekali!

"Copet! Copet! Copettttt"
"Hah"

Aku menoleh ke belakang. Innalillahi, ya Allah...! Aku terkejut! Di belakangku, kini belasan...mungkin...puluhan orang mengejar copet....! Aku menoleh lagi. Mereka menuding-nuding ke arahku. Menimpukiku dengan batu!

Ya Allah..., dadaku berdebar keras. Kenapa jadi aku? Apa salahku? Ah, aku harus menjelaskan hal ini pada mereka. Tapi.... ah, tak mungkin aku bisa bonyok dihakimi massa!

Aku terus berlari! Nah! Nah itu dia!

Kulihat pencopet yang asli kelabakan. Larinya hampir tersusul oleku!

"Berhenti" teriakku. "Menyerahlah!"

Pencopet itu terus berlari. Kini dibuangnya tas Ibu tadi ke sisi jalan. Sekuat tenaga aku melompat....hap! Kutubruk dia! Ku pegang kakinya! Pencopet itu meronta-ronta.

Aku berhasil menangkapnya. Kubawa ia ke balik semak yang ada di sisi jalan. Tas Ibu tadi bersamaku. Tas itu akan jadi bukti. Tapi aku tak mau lelaki ini di hakimi massa. Kasihan. Aku yakin ia dalam keadaan kepepet. Kalau tidak....masak ia mau menjadi pencopet.

"Kita....bagi dua...ya?! " suara pencopet itu.

"Tidak. Kita ke kantor polisi" kataku tegas. "Sembunyi, orang-orang itu membawa berbagai senjata. Aku takut mereka mengeroyokmu!"

Massa yang mengejar melewati persembunyian kami. Aku menaham napas.

Tiba-tiba tak kusangka, si pencopet berontak dan lepas dariku! Ia segera keluar dari semak-semak....dan....dia berseru keras.

"Pencopetnya di sini!"

Aku tersentak! Pencopet itu berteriak memanggil massa seolah aku yang mencopet.

Aku keluar dari persembunyian dan berlari! Berlari...terus berlari....wajahku berdarah sempat terkeoa bogem mentah dan timpukan batu! Ya Rabbi! Aku terus berlari! Dadaku turun naik.
Maafkan aku Ya Rabbi, hari ini aku menangis...., hal yang palin tak pernah kulakukan. Menangisi keadaanku. Astaghfirullah....

Aku menyeberang jalan, mengambil arah berlawanan dan kembali menuju rumah Tomi, teman Rohis-ku di SMA yang kini kuliah di UI...

"Assalamu'alaikum"

Suara Tomi yang sangat kukenal menjawab salam dari dalam. Dan ketika ia membuka pintu.....

"Astaghfirullah, Innalillahhi.... apa yang terjadi Mir? Ya Rabbi, wajahmu memar dan berdarah."

Aku ak sanggup bercerita apa pun. Bahkan berkata sepatah kata pun tidak. Aku terjatuh dan tak ingat apa-apa lagi.

*****

"Sudah Ibu katakan, jangan bawa teman kamu yang menyeramkan itu kemari lagi! Kok kamu bandel sih Tom! Ibu tidak mau rumah kita jadi kotor!"

"Ibu, Amir itu teman Tomi yang paling baik yang pernah Tomi punya. Dia anak baik, Bu. Pemuda yang bagus keislamannya. Tomi banyak belajar darinya. Bukankah Ibu yang mau Tomi berteman dengan pemuda yang alim...dan kini...."

"Kamu suka melawan Ibu, sejak kenal sama dia! Sudah sana, suruh dia pergi! Pasti orangtuanya nggak benar makanya punya anak seperti itu!. Orangtuanya saja menelantarkan dia di panti. Tak mau menerima dia. Sekarang kamu terima dia disini! Ibu tidak sudi"

"Ibu....,Astaghfirullah, Apakah Ibu tidak ingat betapa Rasul Saw. sangat mencintai mereka yang saleh walau bagaimanapun rupanya? Sesungguhnya Allah hanya melihat hati, Bu...bukan melihat rupa kita..."

"Diam kamu"

"Bu!"

Aku bangkit dari tempat tidur Tomi pelan-pelan. Aku tak ingin hubungan Tomi dan Ibunya rusak gara-gara aku. Kukenakan sandal dan berjalan pulang lewat pintu samping kamar Tomi. Kulemparkan kunci pintu ke dalam lewat jendela. "Assalamu'alaikum, Tom....maafkan aku."

Di mushala kayu yang rapuh, di tepi kali Ciliwung, kulaksanakan shalat maghrib. Sejuk rasanya diri bersentuh dengan air wudhu dan menyadari bahwa Ilahi selalu siap menerima hamba yang memasuki rumah-Nya. Bagaimanapun keadaan hamba-Nya. Bagaimanapun buruk pun rupanya. Subhanallah, betapa Sang Maha Akbar, Sang Penguasa begitu santun dan penyayangnya. Subhanallah.....

"Kullu man ' alaihaa faan wa yabqaa wajhu Rabbikadzul jalaali wal ikraam fabiayyi alaa-i Rabbikumaa tukadziiban yas-aluhuu man fissamaawati wal ardh kulla yumin huwa fill sya'n fabiayyi alaa-i Rabbikuma tu-kadzdzibaan..."

Aku menangis mendengar lantunan surat Ar-Rahman yang dibaca Imam shalat. Tubuhku bergetar hebat. Air mataku kian deras. Wahai Amir, fa biayyi alaa-i Rabbikumaa tukadzibaan? Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Selesai shalat, para jamaah bersalaman-salaman. Tapi tak ada yang menyalamiku. Seperti hari-hari kemarin, aku yang menghampiri. Ada yang agak berbesar hati, meringis dan menyalamiku sekenanya. Banyak juga yang melengos begitu saja. Aku tersenyum getir.

Sejak sebulan yang lalu aku mengontrak sepetak ruangan di dekat tempat ini. Aku berusaha mengenal, bersikap ramah pada penduduk sekitar. Tapi....ya, hampir tak ada respon. Hanya anak-anak kecil yang selalu mengintil kala aku berjalan pulang. Mereka bersorak sorai, seolah mengarakku. Aku pernah berusaha untuk bisa lebih dekat Sepulang bekerja menjadi buruh bangunan, aku mengajak anak-anak sana mengaji. Tapi tak ada yang pernah datang. Bahkan pernah aku diusir ketika menjenguk tetangga yang sakit. Kata kerabatnya, si sakit terganggu oleh kehadiranku. Aku cuma bisa senyum kecut. Pamit.

"Tolooooong! Tolooooong! Toloooooongggg" terdengar jeritan histeris. Orang-orang di mushala saling berpandangan was-was

"Toloooong, tolongin aye...anak aye si Mimin kecebur ke kali! Tolooong!!" suara Bu Enim.

"Di kali, Bu" tanya Pak RT.

"Iye.. cepet tulungin. Aye takut die mati!" Bu Enim menangis keras. Semua saling berpandangan.

Tanpa pikir pamjang lagi, aku segera melompat ke dalam kali Ciliwung yang mulai menderas. A, hari sudah gelap lagi! Orang-orang berteriak-teriak. Ya Allah, tolong para hamba-Mu ini. Ya Rabbi, mudah-mudahan kemampuan berenangku yang cukup baik ini, bisa membantu.

Aku menyelam ke kali yang sangat amat kotor ini. Segala sampah jadi satu di sini. "Mimiiin!"

Kulihat beberapa jarak di depanku tangan mungil Mimin menggapai-gapai. Aku terus berenang, cepat memeluk dan mengangkat. Anak itu sudah lemas. Mudah-mudahan bisa di tolong.

Para warga mengulurkan tali tambang. Aku memanjat dengan menggendong anak usia tujuh tahun itu. Begitu sampai di darat, dengan tubuh xang masih kotor, kubopong Mimin ke rumah sakit.

Susah sekali mencoba menumpang pada mobil yang lewat. Maklum, penduduk tepi Ciliwung mana ada yang punya mobil sendiri. Akhirnya aku nekad, berdiri di tengah jalan, menghentikan sebuah mobil yang melintas.

"Tolong, Pak! Anak ini hampir meninggal!"

"Ya masuk!" kata bapak itu dengan wajah masam.
Aku, Pak RT, dan Bu Enim mengantar Mimin ke rumah sakit. Bayangkan, bagaimama sambutan rumah sakit, terutama terhadapku. Buruk rupa, kotor, bau lagi.....

Setelah cebar-cebur sedikit di kamar mandi rumah sakit, aku naik bus pulamg dengan baju basah. Sendiri.
Kenapa aku jadi begini, ya?
Ya Allah, semoga Mimin selamat. Amin.

BERSAMBUNG

Sekian dulu sob, sekian postingannya kali ini, Insyaallah jika ada waktu akan ane share lagi.

Wassalam

27/03/2014

Kisah Pilu Sang Pattimura

Selamat pagi sob, sesuai janji ane kemarin, yaitu untuk melanjutkan artike ane yang kemarin Klik DISINI sob, untuk membaca dari awal.

Baiklah sob, langsung aja ya.

Kisah Pilu Sang Pattimura Part II

Setelah kepergiannya Agustus 1998, hampir setiap minggu Patti menelpon atau mengirim surat pada kami. Ia bercerita tentang keluarga Om Saleh Marabessy dan suasana di Jalan Baru, tempat tinggalnya kini. Ia bercerita tentang universitasnya, teman-teman barunya, kegiatannya di Masjid Al-Fattah. Ia mengirimkan beberapa fotonya yang diambil di depan masjid hijau tersebut, di Pantai Hunimoa, Taman Laut dan Museum Siwa Lima. Ada juga fotonya di depan baileo sambil memakai pakaian adat, berupa setelan jas berwarna merah hitam, baju dalam yang berenda ikat pinggang. Ah, orang Jawa yang aneh, pikirku, saat Ibu memperlihatkan foto tersebut dengan mata berkaca-kaca.

Sungguh sedikitpun tak tampak perasaan sedih pada surat atau foto-foto itu. Hanya suara Patti di telepon yang selalu terdengar bergetar. Pernah aku yang mengangkat telepon dari Patti dan kutahu ia masih menyimpan sedih yang sama seperti saat ia berangkat.

"Kau harus pulang lebaran ini, Nak!" kata Bapak padanxa di telepon, sebelum lebaran.

"Iya, Pak..".tetapi saya tidak mendapatkan tiket pesawat dan kapal. Sayag hanya mendapatkan tiket pada hari Lebaran. Itupun naik kapal dari Pelabuhan Ambon," begitu cerita Patti pada Bapak.

*****

Aku masih ingat. Hari lebaran pertama, kami sampai di rumah malam hari, setelah sebelumnya berkeliling ke tempat saudara dan relasi perusahaan Bapak. Keesokan harinya, melalui berita pagi kami mendengar terjadi kerusuhan di Ambon.

"Bu, lihat Bu! Desa Jalan Baru, Pasar Mahardika, itu semua kan dekat rumah Om Saleh!" teriakku.

"Ya Allah....Patti....." suara Ibu terdengar lirih. Tak lama airmata Ibu sudah menderas.

Bapak memegang dadanya sesaat, bangkit dari tempat duduk dan memutar nomor telepon Om Saleh. "Tidak ada yang mengangkat....," Bapak mulai panik. Kini ia menelepon Om Hasan yang rumahnya di Batu Merah, tak jauh dari rumah Om Saleh.
Tak jua ada yang mengangkat. Dengan tangan gemetar Bapak menelepon beberapa nomor kenalannya di Ambon. Sia-sia. Tetapi Bapak terus menelepon tanpa henti.

Ha....halo? Pak Loko? Ya....apa yang terjadi, Pak? Apa? Ya...., saya ingin menanyakan keluarga Marabessy....Anda tak tahu.?
Ya...., apa? Ya Tuhan, Ya Allah? Halo....Halo...Pak Loko? Anda masih disana.? Halo...."

"Pak Loko, kenalanku dan keluarganya sedang bersiap-siap untuk mengungsi. Ia bilang orang-orang yang sedang shalat Id kemarin telah....ditembak dan dibantai secara biadab. Sampai hari ini masih terjadi pembantaian dan pembakaran. Banyak yang mengungsi.

"Tidaaaaaaaaak!" Ibu berteriak histeris. "Tidaaaaak!"
Bapak memeluk Ibu dengan mata berair dan aku....aku....
Tiba-tiba bayangan Pattimura dengan senyuman khasnya melintas di benakku." Aku akan pergi untuk kebahagiaanmu, Said.
Aku akan pergi....." Suara itu seperti dikirimkan kembali oleh angin dan terus bergema di telingaku.

Dua bulan kemudian, suasana di Ambon semakin memanas. Lewat koran dan televisi kami mengetahui bahwa konflik SARA itu meluas ke daerah Maluku lainnya. Ibu semakin kurus, wajahnya tirus sekali, Konsentrasi Bapak di kantor terganggu dan aku....mencari informasi tambahan kesana kemari.

Suatu hari, setelah hampir berputus asa, kami mendapat telepon dari Ambon! Dari Patti!

"Apa kabar, Bu?"
Patti, Patti anakku...!"
"Saya baik-baik saja, Bu...saya meminjam handphone seorang wartawan televisi. Disini semua serba sulit....tapi saya yakin dengan doa Ibu, jangan berhenti berdo'a....."

"Patti....pulang, Nak...pulang...!"

"Tidak ada kendaraan apa pun, Bu. Kami bahkan harus mengungsi...kami...."
"Patti, suara apa itu, Patti? Gemuruh apa itu? Itu suara bom kan? Suara tembakan?
Ya Allah....."
"Mana Bapak, Bu? Saya ingin bicara....."
"Bapak belum pulang....."
"Said, Bu...Cepat, Bu...."

Ibu menyerahkan telepon di tangannya padaku. Gamang aku menerimanya.
"Said, sampaikan pada Bapak...Om Saleh sekeluarga sudah tewas. Mereka dibakar hidup-hidup di dalam rumah oleh orang-orang biadab itu. Aku dan Om Hasan pindah ke masjid Al-Fattah...."

"Apa? Innalillahi...ya Allah...."

"Hati-hati menyampaikannya pada Bapak dan Ibu, ya..."
"Patti....aku...aku..."

"Said, ada yang menyerang kami! Ada yamg menyerang kami!"

"Patti! Pattiiiii !" teriakku. "Patti, aku menunggumu disini! Kau dengar, Patti! Kembalilah....." Aku mendengar suara letusan dan teriakan sebelum kontak dengan Patti terputus.

Ibu menangis sesenggukan dan tersungkur di sudut ruangan. Dan rasa bersalah berdebam-debam menohok dadaku.

*****

Hari-hariku selain di kampus adalah pergi ke tempat-tempat diskusi, tabligh akbar dan penggalangan dana untuk kaum Muslimin di Ambon. Di tempat itulah aku merasa jiwaku diiris-iris. Ampuni aku, Ya Allah! Bagaimana bisa aku mengabaikan-Mu selama ini? Bagaimana aku bisa tak peduli dengan saudara-saudara yang miskin, yang mengungsi dan yang diperangi di negeri sendiri? Bagaimana bisa aku disini bersenang-senang. Duduk dari satu kafe ke kafe lainnya, mengejar-ngejar cinta Karina, melawan Ibu dan Bapak, mengusir Patti....

"Saudara seiman itu lebih kuat dari saudara sekandung!" suara ustadz pada sebuah tabligh akbar penggalangan dana untuk Ambon, membuatku tak bisa memaafkan perbuatanku mengusir Patti.

Begitulah, setiap ada kesempatan aku mencari kabar tentang Patti.

"Lihat, foto-foto itu..., itu serpihan tubuh."
"Iii, darah membasahi jilbab dan jubah putih perempuan itu...."
"Mayat-mayat gosong dalam reruntuhan masjid...."
"Kasihan nasib mereka yang di pengungsian, ya...., lihat berjejal-jejal seperti itu."
"Juru fotonya hebat....."
"Pasti ia bertaruh nyawa untuk mendapatkan foto-foto itu"

Aku berjalan mengitari papan hitam panjang, tempat foto-foto itu....aku hampir tak sanggup melihatnya secara detil...tetapi aku harus...siapa tahu....siapa tahu ada gambar Pattimura disana....

Sementara itu lima bulan berlalu. Ibu semakin jarang bicara. Kalau pun bicara pasti Patti yang ditanya. Bapak juga begitu. Rumah kami bisu.

"Kita mengaji, Bu...supaya tenang...dan mendapat kekuatan dari Allah...," bisikku suatu malam, pada ibu.

Ibu membelai wajahku "Semakin lama kau semakin mirip dengan Patti...mengajilah, Nak...mengaji...."

Perlahan aku mulai mencoba meneguhkan Bapak dan Ibu. Bagaimanapun keberadaam Patti harus dipasrahkan pada Allah, sebab Allah saja yang mampu melindunginya dari kegilaan para biadab itu.

Kini setahun sudah kami tak mendengar kabar apapun dari Patti. Aku dan teman-teman remaja masjid beberapa kali mengadakan kegiatan solidaritas Maluku. Ah, betapa lambannya aparat dan pemerintah mengatasi kasus ini. Sudah setahun lebih, korban jiwa sudah puluhan ribu orang..., pembakaran dan pembantaian semakin menjalar merambah ke Halmahera, Tobelo, Galela, Haruku....

"Said! Said Perintah!"

Aku urung berwudhu dan menemukan Ridwan terengah-engah berlari menuju ke arahku. Tak jauh dibelakangnya kulihat dua orang pemuda berkulit gelap dan memakai songkok putih mengikutinya.

"Ada apa, Wan?"
"Mereka dari Ambon. Mereka mencarimu."
Aku terbelalak. Patti....!

Dua pemuda itu mengucapkan salam dan memelukku. Aku menarik mereka ke dalam mushala kampus.

"Apakah ini tentang Pattimura?"

Dua pemuda sebayaku mengangguk. Ada air mengambang di pelupuk mata mereka. Tanpa berkata-kata salah seorang mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Beberapa helai foto.

Tanganku gemetar meraih foto itu. Lalu aku seperti dihempaskan dalam jurang keyataan yang dalam.

Patti terbaring dalam balutan baju putih yang merah oleh darahnya. Wajahnya nyaris tak bisa dikenali. Kepalanya pecah dan....sebagian isi kepalanya tampak dalam foto itu. Hanya senyumnya....senyum itu yang bisa kukenali.

"Ia wafat saat melindungi para wanita dan anak-anak."

Air mata jatuh menetes di atas potret itu. Tubuhku bergetar hebat.

Selamat jalan, Patti. Bagiku kau tak pernah pergi. Bagi kami kau tak pernah mati. Tak pernah mati, Pattimura....!!!

Sekian dulu sob, maafkan saya jika terdapat kata-kata yang salah...oh ya kisah ini juga mengundang air mata loh kalo dibaca dari awal hingga akhir

Wassalam